Laki-Laki dari Timur itu Satu Darah

Foto: Alex Emanuel Kaju, S.H.

Pasca menghadiri panggilan penyidik Polda Metro sebagai saksi terkait laporan dugaan pemerasan yang dilakukan Firli Bahuri terhadap SYL membuat sejumlah kalangan sontak terkesima. Ini kali pertama ada yang terang-terangan melawan KPK, lembaga superbody yang sejak hari pertama kemunculannya menjadi momok menakutkan terutama bagi pejabat.

KPK yang semangat kehadirannya untuk menindak serta memutus mata rantai korupsi terutama jenis korupsi berskala besar yakni political corruption yang justru dalam perjalanan banyak menuai kritik terutama karena dituding menjadi instrumen kekuasaan untuk menghabisi lawan politiknya.  Lambat laun terutama di bawah kepemimpinan Firli Bahuri legitimasi KPK nyaris tergerus habis.

Praktik tebang pilih KPK makin menuai sorotan. Sejumlah kasus yang mendapat perhatian publik dengan potensi jumlah kerugian negara hingga ratusan triliun menguap begitu saja. Padahal jelas-jelas kasus tersebut di blow up media serta didukung data valid dari PPATK. Sebaliknya kasus yang terbilang biasa-biasa yang bahkan dari segi jumlah kerugian negara jauh di bawah dugaan mega korupsi di tubuh Kementerian Keungan justru menjadi skala prioritas hanya karena kental dengan nuansa politik.

TERKAIT:  Penjual Kelapa, Demokrasi dan Masa Depan Bangsa

Perseteruan politik elit terutama menjelang Pilpres selalu memakan korban. Publik menangkap kesan bahwa penegakan hukum dilakukan bukan karena ingin menegakkan hukum melainkan bertujuan menghabisi lawan politik kekuasaan.

Menyaksikan sikap ksatria SYL yang berani tegak dan menyatakan siap bertanggung-jawab dengan apa yang dilakukannya mengharu biru komunitas pemuda yang tergabung dalam PETIR (Persaudaraan Timur Raya), sebuah organisasi yang memayungi organisasi pemuda dari seluruh Kawasan Timur Indonesia yang meliputi Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua.

Alex Emanuel Kaju, S,H. yang dipercaya menjadi nahkoda yang anggotanya tersebar di seluruh nusantara dengan jumlah personil terbesar beraktivitas di Jabodetabek memendam kekecewaan terhadap penegakan hukum terutama oleh KPK yang dianggapnya menerapkan praktik tebang pilih dan banyak menyasar putra terbaik kawasan timur.

TERKAIT:  Struktur Pemenangan Kotak Kosong Beredar, Chaidir Syam: Nikmati Saja Dinamikanya

Tokoh berdarah Bima-Flores yang malang melintang di ibu kota mengingatkan KPK untuk konsisten dan jangan terlibat intrik politik kepentingan. Penegakan hukum bagi bung Alex harus hitam-putih tidak boleh abu-abu. Siapa yang salah harus bertanggung-jawab tak peduli Ketua KPK kalau terindikasi bersalah harus diproses hukum.

Kekaguman Alex pada SYL karena keteguhan SYL memegang prinsip sebagai orang Bugis-Makassar yang meletakkan harga diri dan martabat di atas pangkat, harta dan jabatan. “Itu karakter kita laki-laki dari timur, laki-laki timur itu satu darah,” kata Alex dengan bangga dan bersama koleganya PETIR berkomitmen mengawal kasus SYL hingga tuntas.

Belakangan di media sosial berseliweran foto SYL berpakaian adat Bugis-Makassar sembari mencium badik dengan tulisan falsafah Makassar “Teai mangkasara punna bokona loko” yang secara harfiah bermakna, “Bukan orang Makassar kalau punggungnya yang luka” atau orang Makassar pantang memunggungi lawan.

Falsafah ini tercermin dalam kehidupan sehari-hari Suku Bugis-Makassar yang meletakkan badiknya di depan, bukan menyembunyikannya dibalik punggung.