Secara etimologi almamater berasal dari kata alma dan matter adalah istilah dalam bahasa Latin yang secara arti harfiah bermakna “ibu susuan”. Jadi bisa dibayangkan betapa dekatnya hubungan emosional seseorang yang diikat oleh persaudaraan karena merupakan alumni sebuah institusi. Ikatan ini yang menuntut tanggung-jawab moral alumni sebuah institusi memperjuangkan dan membantu saudara-saudaranya dan terutama menunjukkan baktinya terhadap almamater tercinta.
Menyadari tanggung-jawab moral terhadap perkembangan almamaternya Ikatan Alumni (IKA) SMA 200/1 Soppeng secara rutin menggelar kegiatan filantropi, “Alumni Berbagi” yang tahun ini dikemas dalam bentuk sarasehan dengan tema, “Banyak Cara Meraih Sukses”. Sarasehan ini melibatkan guru dan siswa SMA 200/1 Soppeng dengan pemateri oleh alumni yang terbilang sukses di bidang masing-masing. Dengan menghadirkan alumni terbaik sebagai pemateri diharapkan bisa menginspirasi sekaligus menjadi role model yang mampu memotivasi semangat belajar serta kecintaan siswa pada pelajaran yang pada gilirannya melahirkan alumni dengan prestasi terbaik pada disiplin yang mereka geluti kelak.
Agenda rutin lain yang digelar Ikatan Alumni (IKA) SMA Negeri 200/1 Soppeng adalah reuni yang tahun ini kembali dilaksanakan di Bali selama 3 hari 2 malam dari tanggal 14-16 Januari 2022 yang dikemas dengan tema, “Family Gathering IKA SMAN 200/1 Soppeng”.
Menurut penjelasan Ketua Panitia, Ir. H. Sahrir Saleh, arsitek jebolan Unhas yang akrab dipanggil Riri bahwa reuni tahun ini sebagaimana tema yang diusung bertujuan menjalin keakraban antar alumni dan keluarga. Saat ditanya apakah ada sesi khusus dalam reuni yang membicarakan atau upaya memperjuangkan alumni yang dianggap kompeten untuk posisi jabatan publik tertentu, DPR misalnya pada kontestasi politik 2024?
Ketua panitia yang tampan serta dikenal mudah berintraksi terutama dengan mama muda ini menjawab tegas, “Ini murni acara hiburan untuk menjalin keakraban sesama alumni dan keluarganya”. Pernyataan Riri sepertinya bermaksud mengingatkan semua pihak untuk tidak mengaitkan antara reuni yang akan dilaksanakan di Bali dengan berbagai isu yang bernuansa politik praktis.
Menjelang pemilu serentak 2024 spekulasi bermunculan, setiap aktivitas terkait organisasi selalu dihubung-hubungkan dengan pemilu 2024. Bahkan untuk pemilihan sekelas Ketua RT atau RW pun tak menarik jika tak dikaitkan dengan even politik lima tahunan ini. Mengaitkan reuni IKA SMAN 200/1 tahun ini dengan momentum politik 2024 selain tak bijak juga faktanya memang tak memiliki kaitan apa-apa sebagaimana telah diingatkan oleh ketua panitia.
Namun penting diberi catatan, sebagai sekolah unggulan diakui atau tidak sejak dulu SMAN 200/1 merupakan pencetak pemimpin terbaik di Soppeng, Sulsel hingga ke level nasional. Nama penting seperti Mohammad Jafar Hafsah, mantan Dirjen Produksi Tanaman Pangan juga mantan Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR RI, Lutfi Rauf, diplomat senior yang saat ini menjabat Duta Besar RI untuk Mesir serta Irjen. Pol. Drs. Burhanuddin Andi, mantan Kapolda Sulsel yang posisinya sebagai Ketua IKA digantikan oleh Prof. Dr. Hasnawi Haris, M.Hum yang juga saat ini menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Negeri Makassar (UNM), adalah bukti kalau SMAN 200/1 salah satu penyuplai pemimpin terbaik yang berkiprah hingga ke pentas nasional.
Lantas mengapa belakangan alumni SMAN 200/1 tidak lagi berkontribusi menempatkan alumni terbaiknya sebagai pejabat publik pada posisi strategis di level nasional untuk jabatan publik tertentu, sebagai legislator misalnya?
Dari 3 nama anggota DPR RI asal Soppeng yang lolos ke Senayan dari Dapil Sulsel II pada pemilu legislatif lalu tak satu pun alumni SMAN 200/1. Apakah ini pertanda grade alumni SMAN 200/1 Soppeng anjlok. Atau alumni SMAN 200/1 Soppeng kehilangan minat berkiprah sebagai legislator?
Pernyataan ini tentu saja bersifat spekulatif, dibutuhkan indikator dengan metodelogi yang kredibel sebagai dasar penilaian. Beratnya tantangan yang dihadapi calon legislator dari masalah logistik, jejaring yang lemah hingga tidak didukung modal sosial yang kuat membuat mereka yang berbakat terlempar dari arena politik. Akibatnya dalam jangka panjang bakat-bakat terbaik bisa kehilangan minat berkecimpung dalam dunia politik.
Absennya alumni terbaik SMAN 200/1 Soppeng sebagai legislator di level nasional tentu tidak serta merta bisa disimpulkan memiliki dampak buruk terhadap kualitas pembangunan di Soppeng. Namun sebagai alumni sekolah favorit IKA SMAN 200/1 Soppeng sebaiknya ikut memberi masukan terhadap kritik kalangan tertentu yang memberi penilaian terhadap pejabat publik asal Soppeng yang dianggap tidak memiliki gagasan cerdas dan bernas, terlepas yang bersangkutan merupakan alumni SMAN 200/1 atau bukan.
Menjadi pejabat publik yang berprestasi tidak cukup dengan modal popularitas serta elektabilitas sebagaimana syarat untuk bisa memperoleh suara terbanyak dalam pemilu. Apa lagi kebanyakan pejabat publik hanya terampil berbasa-basi sambil bagi-bagi sembako bak sinterklas lalu viral tiktok-an tanpa gagasan cerdas serta tawaran solusi terhadap problem sosial yang dihadapi masyarakat.
Tanpa memahami subtansi masalah yang dihadapi masyarakat dan tanpa didukung kemampuan analisis yang memadai maka bisa dipastikan pejabat publik bersangkutan tidak akan banyak manfaatnya bagi masyarakat dan daerah. Disrupsi teknologi digital yang mengakibatkan terjadinya lompatan perubahan yang menghasilkan sesuatu yang benar-benar baru di tengah masyarakat selain mempermudah segala aktivitas manusia juga berdampak negatif jika tidak direspon secara cerdas dan kreatif terutama oleh pengambil keputusan.
Maraknya cyber crime di Soppeng adalah realitas paling telanjang dari kesalahan merespon disrupsi teknologi digital. Rendahnya kemampuan berbahasa asing siswa serta tidak tumbuhnya tradisi literasi di lingkungan sekolah dan masyarakat manakala tidak mendapat perhatian sejak dini pada gilirannya akan berdampak signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Soppeng bahkan nasional.
Keberhasilan pejabat publik selalu diukur, tepatnya diklaim berdasarkan kemampuannya menghadirkan infrastruktur fisik dan cenderung mengabaikan variabel non fisik yang tidak kalah penting dalam peningkatan sumberdaya manusia maupun ekonomi masyarakat seperti aspek pendidikan dan pelatihan untuk peningkatan skill generasi muda.
Tidak munculnya gagasan serta ide bernas dari para pejabat publik yang mewakili daerah tidak terlepas dari lemahnya kemampuan mereka secara personal. Akibatnya pejabat publik minus gagasan dan miskin wacana ini mencari strategi instant dengan wara-wiri bak sinterkelas bagi-bagi sembako sembari tiktok-an.
Di tengah kritik terhadap kegiatan reuni yang sering dianggap sebagai ajang hura-hura dan pamer kesuksesan tidak ada salahnya menyempatkan diri melakukan refleksi.
Sembari menikmati senja jatuh di pantai Kuta atau Jimbaran, dalam keheningan senja yang syahdu menjadi momentum yang pas merenungkan kembali keberadaan kita sebagai alumni dengan mengajukan pertanyaan pada diri masing-masing. Apa yang telah dan bisa kita perbuat demi kebanggaan almamater tercinta?
Selamat reuni untuk IKA SMAN 200/1 Soppeng di Bali, semoga meninggalkan kesan mendalam dan makin solid. (rt)