Debat publik yang diselenggarakan KPU Maros sebagai bagian dari rangkaian tahapan pilkada di Hotel Claro semalam hanya dihadiri paslon tunggal, Chaidir Syam-Muetazim Mansyur (CS’TA) tak mengurangi keseruan pesta.
Debat kandidat yang lazimnya para paslon berambisi menjatuhkan lawannya tentu saja tak tampak dalam debat semalam yang sejatinya merupakan ajang pemaparan dan pendalaman visi misi paslon tunggal.
Sekalipun tak dihadiri wakil kotak kosong, paslon CS’TA tak berusaha memanfaatkan momentum debat untuk menyerang mereka yang mengklaim pendukung kotak kosong yang akhir-akhir ini sangat getol melancarkan negative campaign.
Tanpa kehadiran wakil kotak kosong sebagai peserta debat merupakan konsekuensi absennya regulasi mengatur representasi kotak kosong sebagai “paslon” dalam pilkada justru menciptakan kesan “debat” yang mendalam, kritis dan fokus sekaligus mampu menghadirkan tontonan menarik serta edukatif bagi warga.
Suasana kondusif seperti ini sulit dihadirkan jika paslon hanya berambisi menjatuhkan paslon lain dengan mengabaikan kualitas argumen dan etika.
Absennya kotak kosong otomatis sangat menguntungkan Chaidir Syam sebagai petahana yang memiliki pengalaman sehingga dengan mudah bisa mengeksekusi setiap pertanyaan panelis dengan baik, termasuk pada sesi pendalaman.
Hal yang tidak diprediksi sebelumnya adalah pertanyaan serta materi pendalaman panelis didominasi isu pembangunan berbasis inklusi yang selama pemerintahan Chaidir Syam mendapat perhatian cukup besar namun tak mengabaikan isu penting lainnya seperti sektor pendidikan, kesehatan, birokrasi, ketenagakerjaan serta sektar pembangunan infrastruktur lain pada umumnya yang berbasis digital.
Kehadiran panelis dengan latar akademisi, birokrat kampus serta aktivis NGO dengan kepakaran serta konsen dalam isu inklusi menjadi garansi debat akan berlangsung menarik.
Diantara panelis ada Prof Nurul Ilmi idrus, Guru Besar, pada Fakultas Sosial dan Politk Unhas dan juga Rektor Universitas Muslim Maros (UMM), Andi Yuda Yunus, Direktur Lembaga Studi Kebijakan Publik (LSKP) serta Saldi Razak, Koordinator Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Wilayah Sulawesi Selatan.
Dalam sesi pendalaman, Andi Yuda Yunus dengan cerdik memancing paslon CS’TA membuka ke publik kemungkinan kendala yang dihadapi ke depannya akibat industri ekstraktif yang berada di sekitar kawasan Unesco Global Geopark yang berpotensi menghancurkan ekosistem serta keragaman flora dan fauna maupun ancaman terhadap situs dan cagar budaya termasuk lokasi penemuan kerangka homo sapiens berusia 7200 tahun yang berkontribusi menguak fakta baru mengenai sejarah awal peradaban umat manusia.
Isu yang sama juga diminta dielaborasi paslon CS’TA oleh Saldi Razak terutama kaitannya dengan harapan masyarakat adat untuk memperoleh jaminan pengakuan hak atas tanah serta hak pengelolaan sumberdaya alam dari negara lewat penerbitan Perda Masyarakat Adat yang langsung diamini Chaidir Syam begitu terpilih lagi.
Sementara isu disabilitas yang merupakan bagian dari kelompok rentan dan menjadi wacana nasional dan global mendapat perhatian serius dari panelis di sesi pendalaman yang ingin mengetahui lebih jauh realisasi kongkrit perlindungan serta pemenuhan hak penyandang disabilitas pasca penerbitan Perda Inklusi, Perda Disabilitas, Komisi Daetah Disabilitas, serta terbentuknya Forum Disabilitas Daerah (FORDISMA) yang mendasari klaim Chaidir Syam sebagai daerah terdepan mewujudkan Maros sebagai kabupaten Inklusi yang ramah disabilitas, perempuan dan anak serta pemenuhan hak tanah serta pelibatan masyarakat adat pengelolaan sumberdaya alam.
Di tengah kesibukan paslon CS’TA mengkampanyekan serta mensosialisasikan dan merumuskan keberlanjutan agenda inklusi bila kelak terpilih sangat memprihatinkan para pendukung kotak kosong yang seharusnya menunjukkan sikap kritis terhadap realisasi atau kepemihakan pada isu inklusi itu sendiri.
Alih-alih menunjukkan sikap kritis, para pendukung kotak kosong justru sibuk mempropagandakan isu intoleran dengan mengusung antara lain rumor primordialisme untuk menolak paslon CS’TA.
Sungguh memperihatinkan di tengah upaya warga dunia bergandeng tangan memperjuangkan keterbukaan serta keberagaman dengan menempatkan bumi sebagai rumah bersama, pendukung kotak kosong membesar-besarkan isu pendatang dan putra daerah yang tidak relevan di era keterbukaan.
Dengan terus berupaya membangun sekat antara warga, pendukung CS’TA tanpa sadar menggiring warga Maros ke dalam tempurung primordialisme dan keterbelakangan.
Penting mengingatkan kembali pada pendukung kotak kosong tanpa pretensi mengajak mereka bergabung untuk kembali ke koridor demokrasi dan melihat Maros sebagai rumah bersama yang harus dijauhkan dari sikap intoleran.
Hanya dengan bersikap jujur pada orang lain dan terutama pada diri sendiri yang disertai hati yang bersih masa depan Maros yang “SEJUK” (Sejahtera, Relegius, Maju dan Berkelanjutan) bisa terwujud.
Dengan mengutip pappaseng dalam bahasa bugis: “Duami riala sappo, unganna panasaE na belo kanukuE” paslon CS’TA mengakhiri Closing Statemen-nya dengan riang gembira dan penuh rasa syukur.