Alkisah Lucius Calpurnius Piso Caesoninus, Gubernur dan anggota legislatif Romawi marah besar saat seorang serdadu kembali dari cuti tapi tak bersama dua temannya. Serdadu ini pasti membunuh temannya, demikian telah diputuskan. Eksekusi pancung langsung digelar, sebab titah penguasa harus disegerakan.
Menjelang eksekusi dua serdadu yang disangka telah mati tiba-tiba muncul, komandan serdadu selaku algojo menunda eksekusi lantas menghadap sang gubernur. Di atas mimbar Piso berseru, Hukum telah ditetapkan dan keadilan harus ditegakkan walau langit akan runtuh (Fiat Justitia Ruat Caelum).
Komandan serdadu sebagai algojo akhirnya dipancung, menolak perintah penguasa adalah pembangkangan. Halnya dengan dua serdadu yang muncul belakangan ikut dieksekusi karena menjadi penyebab kematian dua serdadu serta komandannya.
Kisah ini diceritakan Seneca, penyair Romawi dalam “De Ira” (Kemarahan) yang merupakan sub judul dari naskah drama, “Piso’s Justice”. Dari kisah kelam ini adagium fiat justitia ruat caelum menjalar ke seluruh dunia dan dikutip banyak akademisi dan praktisi hukum namun mengabaikan konteks yang melatarinya.
Pesan menyangkut pentingnya kepastian dalam penegakan hukum tidak boleh didasarkan pada amarah merupakan pesan inti kisah ini