Bachrianto Bachtiar
Pilpres satu putaran yang belakangan menjadi wacana publik memancing diskusi sejumlah alumni Unhas pagi ini di Hai HONG Kafe, Jalan Pelita, Makassar.
Sembari menikmati pagi dengan beragam menu sarapan sejumlah alumni Unhas terlibat diskusi santai di hari libur. Secangkir kafein membuat perbincangan yang tadinya ngalor-ngidul soal karir dan keluarga tanpa sadar melompat ke pilpres dengan isu satu putaran.
Tema satu putaran yang dilempar oleh Herman Lilo, -sosok penggiat pemilu konsultan politik dan media yang merupakan alumni Fisip Unhas- bak gayung bersambut membuat diskusi jadi bersemangat. Isu satu putaran versi prediksi lembaga survei seperti penjelasan Denny JA yang merujuk pada fakta pasangan Prabowo-Gibran hanya membutuhkan 7 point untuk meraih 50% plus 1 dari perolehan angka sementara saat ini sebesar 44%. Angka yang lebih kecil dibanding kebutuhan kedua seterunya untuk sekadar bisa masuk putaran kedua.
Berdasarkan trend survey terakhir dimana paslon nomor 02 mendapatkan insentif elektoral 5,4% dalam waktu sekitar dua minggu menunjukkan Prabowo-Gibran tidak terbendung.
Sementara hasil survei paling anyar memastikan kemenangan telak pasangan Prabowo-Gibran jika digelar saat ini dirilis Indikator Survei Indonesia yang menempatkan Prabowo-Gibran di posisi 53, 3 %. Namun diskusi tidak fokus pada isu satu putaran berdasarkan hasil survei melainkan mendiskusikan alasan mendasar mengapa pilpres satu putaran penting dengan mempertimbangkan berbagai variabel antara lain efektivitas serta efisiensi anggaran, dan terutama kesamaan visi misi ketiga capres.
Lilo sendiri memprediksi jika akhirnya trend ini terjadi hingga minggu tenang, maka dipastikan paslon 02 menang satu putaran.
Menurut Indriany, alumni yang menjagokan sekaligus kukuh memperjuangkan pasangan Prabowo-Gibran: “Alasan mayoritas masyarakat Indonesia menghendaki pilpres berlangsung satu putaran untuk kemenangan 02 selain karena sosok Prabowo-Gibran dipandang figur pemersatu yang bisa memulihkan keretakan psikologis diantara anak bangsa terutama akibat pilkada DKI yang melahirkan isu politik identitas”. Selain itu lanjut Indri: “Pasangan Prabowo-Gibranq dipandang paling pas menerima estafet kepemimpinan Jokowi karena hanya pasangan ini yang secara terbuka menunjukkan komitmennya”.
Sebagai pelanjut agenda pembangunan Jokowi, semua yang hadir sepakat elektabilitas Prabowo-Gibran yang tak terbendunng tak lepas efek ekor jas Jokowi yang hingga akhir mssa jabatannya masih menggengam tingkat kepuasaan publik yang terbilang tinggi.
Prabowo-Gibran yang diposisikan sebagai representasi Jokowi agar bisa jadi bulan-bulanan kritik lawan politiknya justru sebaliknya pasangan ini berhasil memanen limpahan elektabilitas Jokowi. Situasi ini menurut Indri membuat panik lawan politik Prabowo-Gibran. Eep Saifullah Fatah mendorong isu pemakzulan, sementara Faisal Basri mengharapkan Menteri Jokowi segera melakukan pengunduran diri massal. Semua ini lagi-lagi menurut Indri sebagai bentuk frustrasi semakin tak terbendungnya survei pasangan Prabowo-Gibran di momentum pilpres di depan mata.
Menariknya diskusl politik kebangsaan yang berlangsung sekitar 2 jam itu berusaha mengabaikan hasil survei kemungkinan Pilpres satu putaran dan berusaha mencari justifikasi rasional mengapa pilpres idealnya berlansung satu putaran dengan mencoba menelisik dan membandingkan visi misi masing-masing Capres.
Herman Lilo mengasumsikan bahwa visi misi ketiga Capres tidak menunjukkan perbedaan signifikan. Di bidang ekonomi semua capres menghendaki peningkatan kesejahteraan masyarakat lewat berbagai kebijakan yang pro rakyat serta UMKM. Begitu halnya dengan kebijakan pertahanan keamanan ketiga Capres menghendaki peningkatan alokasi anggaran alutsista baru TNI hingga peningkatan kesejahtraan perajurit yang masih hidup di bawah standar kelayakan.
Disadari bahwa pemilu 2024 yang bergelimpangan isu dan fitnah, maka peserta yang hadir bersepakat untuk mengawal pemilu berintegritas. Sebagai wadah untuk counter opinion dan atau kontra narasi akhir disepakati membentuk forum diberi nama TAMALANREA INTELEKTUAL FORUM (TIF). Mengingat sasaran tembak dalam pilpres kali lebih diarahkan pada pasangan Prabowo-Gibran, maka forum ini menjadi wadah mendiskusikan isu Pilpres serta signifikansi Pilpres Satu Putaran untuk Kemenangan Prabowo-Gibran.
Forum juga secara sepihak memutuskan Bachrianto Bachtiar yang tidak ikut hadir namun setelah dikonfirmasi via whatsApp beliau tidak keberatan menjadi nahkoda TIF.