Takdir

Takdir

Jika orang tuamu menderita diabetes maka secara medis potensimu menderita penyakit yang sama lebih besar dibanding orang lain. Bila kamu tergolong manusia yang percaya Tuhan demikian takdir atas tubuhmu digariskan. Namun Tuhan tidak memutlakkan gen orang tuamu menguasai hidupmu jika kamu memilih gaya hidup sehat sejak dini. Demikianlah Tuhan memberimu pilihan atas apa yang akan terjadi atas tubuhmu.

Hal yang sama berlaku terhadap IQ jongkokmu yang kau warisi dari moyangmu, keterampilan bermusikmu hingga bakat berbohongmu.

Atas apa yang akan kau hadapi di dunia, Tuhan tak membiarkanmu bak ranting hanyut tak jelas ke mana bermuara. Ia menganugrahimu akal sebagai kendali sekaligus meletakkan nafsu pada indramu sebagai ujian. Ia mengutus rasul-Nya untuk umat manusia sebagai pembawa kabar gembira dan menyampaikan langsung firma-Nya sebagai pedoman hidupmu. Pada semua kitab suci-Nya diperintahkannya padamu untuk mendayagunakan akalmu dan mengontrol emosimu.

TERKAIT:  Tradisi Pesantren Sebagai Respon Atas Problem Masa Depan Peradaban Islam

Namun pada akhirnya semuanya diserahkan padamu setelah ditunjukkan konsekuensi atas pilihanmu. Demikian Tuhan menjelaskan kemahaadilan-Nya yang nyata.

Rupanya semua itu tak cukup bagimu, kau menuduh-Nya telah menentukan apa pun atas dirimu dan tak bisa ditawar. Bukan hanya tentang hal-hal baik yang bakal serta sedang menimpamu, bahkan pada hal buruk sekalipun kau menyakini sebagai kehendak-Nya. Kekalahan jagoanmu dalam kompetisi, kegagalan percintaanmu serta semua kebiadabanmu kau alamatkan pada-Nya. Semua itu katamu, telah digariskannya bagimu jauh sebelum kau nongol di muka bumi. Betapa naifnya dirimu.

Meski semua tuduhan terhadap-Nya kau kemas dengan kalimat bijak, “Apa pun yang Tuhan kehendaki atas dirimu itulah yang terbaik bagimu,” serta berbagai kalimat bijak lainnya sesungguhnya adalah sikap prasangka burukmu terhadap-Nya.

TERKAIT:  Menyoal Ketentuan Berjilbab Bagi Siswa

Bagaimana bisa disebut berprasangka baik terhadap Tuhan jika kamu meyakini seseorang diantara kamu menjadi pemimpin atau jongos, presiden atau psikopat atau bahkan seseorang meninggal dalam keadaan penuh dosa sudah diukirnya di lauhul mahfuzh jauh sebelum kehadiran kalian di muka bumi.

Ketika jagoanmu dalam pilpres kalah setelah sebelumnya kau mengklaim telah mengetuk pintu langit dan Tuhan pasti berpihak pada kebenaran. Lantas apakah kau akan berkesimpulan juga kalau Tuhan berpihak pada kemungkaran? Katakanlah kita sepakat bahwa jagoan lawanmu mewakili semua jenis kebusukan, tapi menang. Bukankah itu berarti kamu berprasangka pada-Nya telah memihak pada kebusukan?

Tuhan tidak selalu ikut campur pada seluruh tetek bengek hidupmu. Ia tak ambil pusing apakah kau akan bangun di pagi hari lalu berangkat kerja, atau hanya menghabiskan waktu dengan gadgetmu di tempat tidur atau kedai kopi sambil menyebar hoaks. Ia telah memberimu guidance yang dengan itu kau berhak memilih sukses atau melarat di dunia dan akhirat dengan segala konsekuensinya jika kau patuh atau abai.

TERKAIT:  HRS & Kesan Islam yang Tak Bersahabat dengan Sains

Sementara masalah duniamu, Rasul-Nya suatu ketika bersabda, “Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian”. Meski kau beribadat sepanjang hari tapi malas bekerja langit tak akan membuka berkahnya untukmu, begitulah takdirnya yang telah Ia gariskan pada umat manusia.

Soal siapa pemenang dalam sebuah kompetisi tak mungkin lepas dari takdir-Nya, pada ikhtiarmu. (RT)