BANJIR MAKASSAR, SALAH SIAPA?

Mengikuti debat publik di media sosial maupun konvensional beberapa hari belakangan mengenai banjir yang melanda sejumlah kabupaten kota di Sulsel, khususnya Kota Makassar yang terbilang sangat parah, FDT (Forum Diskusi Tamalanrea) yang sejak awal secara serius mendiskusikan isu ini via WhatsApp, hari ini bermaksud menggelar diskusi terbatas dengan tema: “Banjir Makassar, Salah Siapa?” 

Dengan mengusung tema ini FDT tidak sekedar bermaksud mendaras ulang debat konvensional mengenai penyebab banjir meski disadari sulit mengabaikannya. Perubahan iklim global yang menyebabkan intensitas curah hujan yang tinggi tentu saja berkontribusi signifikan, namun ketidaksiapan sistem pengendalian dan penanganan banjir terpadu antar kabupaten dan kota di Sulsel, dan terutama kebijakan pemerintah Kota Makassar yang dituding ugal-ugalan diduga penyebab utama jebolnya daya dukung lingkungan. Lewat narasi serta jargon, kekuasaan dan modal berhasil memanipulasi kesadaran publik seakan pembangunan berbagai mega proyek sebagai bukti kemajuan.

TERKAIT:  Sekadar Menentukan Peran Pelaku Penipuan 2,4 M di Luwuk Banggai Tidak Dibutuhkan Keahlian Khusus

“Makasaar Kota Dunia” serta jargon sejenis tidak diproduksi secara serampangan melainkan berbalut kepentingan. Pembangunan rumah ibadah pertama kali di atas area reklamasi misalnya juga bisa dibaca dalam satu tarikan nafas dengan berbagai jargon yang terkait dengan kota dunia. Pihak berkepentingan bermaksud menunjukkan pada publik kalau reklamasi serta pemberian fasilitas terhadap para konglomerat dilakukan dengan tujuan mulia sekalipun disadari harga yang harus dibayar publik tidak murah. Konon dalam 40 tahun terakhir ini kali pertama banjir merangsek ke tengah kota.

Apakah proyek reklamasi berikut sejumlah mega proyek di atasnya serta menjamurnya kawasan hunian elit yang disulap dari hasil menimbun rawah yang sebelumnya berfungsi sebagai wilayah  resapan, meminjam istilah Mahfud MD merupakan hasil transaksi antara kekuasaan politik dengan para bandar, termasuk isu yang akan dibedah dalam diskusi terbatas ini. Halnya dengan peran masyarakat sipil yang terkesan lebih nyaman bergerombol di sekitar kekuasaan tinimbang mengambil jarak dan bersikap kritis terhadap kekuasaan, serta isu lain yang terkait secara signifikan  dengan banjir Kota Makassar.

TERKAIT:  Mahkamah Konstitusi dan Terminator

Kompleksitas masalah banjir Makassar ini akan didiskusikan secara kritis dari berbagai perspektif yang berencana menghadirkan sejumlah tokoh antara lain: Dr. Sawedi Muhamad (Sosiolog Unhas), Mulawarman SE (Jurnalis Senior), Dr. Arqam Azikin (Akademisi serta Analis Politik & Hukum), Aslan Abidin, SS.,M.Si. (Sastrawan dan Akademisi), Asratillah (Akademisi,  Direktur Profetik Institute), Dr. M. Tang Abdullah (Peneliti, Dosen Fisip Unhas), Fajrurrahman Jurdi, SH.,MH. (Dosen Fak. Hukum Unhas), Dr. Tasrifin Tahara (Antropolog Unhas) yang dipandu Rizal Fauzi, Dosen Fisip Unhas, Founder MATAKITA.CO.